Berita
Abu Bakar Ba’asyir Dukung Paslon 01
Abu Bakar Ba’asyir dilaporkan memberikan dukungan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), dalam Pemilihan Presiden 2024. Dukungan tersebut menjadi sorotan setelah rekaman suara Ba’asyir tersebar di akun TikTok @aniesvisioner.
Tanggapan PBNU
Beberapa tokoh pun memberikan tanggapan terhadap seruan Ba’asyir untuk memilih Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, mengingatkan warga NU agar berhati-hati dalam memilih calon presiden, menekankan pentingnya melihat rekam jejak calon dan tokoh yang mendukungnya.
Gus Ipul menyatakan bahwa pandangan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir terkait alasan memilih presiden berbeda dengan cara pandang warga NU. Gus Ipul menekankan bahwa warga NU, sebagai umat Islam, hidup berdampingan dengan agama lain di Indonesia. Oleh karena itu, ia menyarankan agar warga NU tidak memilih calon yang didukung oleh Ba’asyir.
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, menyatakan setuju dengan pernyataan Gus Ipul, sementara Timnas AMIN mengajak pemilih untuk memilih berdasarkan rekam jejak calon. Mereka menyerahkan keputusan kepada masyarakat untuk memilih calon yang dianggap baik dan cocok untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Tanggapan PKS
Sekjen PKS, Aboe Bakar Al Habsyi, merespons pernyataan Gus Ipul dengan menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan pilihannya, dan demokrasi menjamin kebebasan tersebut. Ia menegaskan bahwa setiap orang, termasuk Gus Ipul, tidak bisa menjadi panutan mutlak dalam politik, dan setiap orang memiliki hak politik dan demokrasi.
Rekaman suara Abu Bakar Ba’asyir yang mendukung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar juga telah dikonfirmasi kebenarannya oleh putranya, Abdul Rohim. Ba’asyir berpendapat bahwa memilih presiden adalah alat untuk membela Islam, dan calon yang paham Islam hanya ada satu, yaitu Anies Baswedan. Ia mengajak umat Islam untuk memanfaatkan Pemilihan Presiden untuk kepentingan Islam dengan memilih Anies Baswedan.
Pernyataan dan dukungan ini menjadi bahan pertimbangan dan perdebatan di tengah masyarakat, terutama di kalangan warga NU, menjelang Pemilihan Presiden 2024.
Siapa Abu Bakar Ba’asyir
Beliau adalah seorang tokoh muwahidin di Indonesia beraliran Jihadisme salafi yang dianggap memiliki keterkaitan dengan beberapa peristiwa dan aksi terorisme di Indonesia. Ba’asyir juga merupakan pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) serta salah seorang pendiri Pondok Pesantren Islam Al Mu’min.
Abu Bakar Ba’asyir lahir di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 17 Agustus 1938. Ia mengenyam pendidikan Islam di Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, dan Fakultas Dakwah Universitas Al-Irsyad, Solo, Jawa Tengah.
Ba’asyir mulai aktif dalam dunia pergerakan Islam sejak masa mahasiswa. Ia menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Solo dan menjabat sebagai sekretaris perkumpulan Pemuda Al-Irsyad, Solo.
Pada tahun 1972, Ba’asyir mendirikan Pondok Pesantren Al Mu’min di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, bersama dengan Abdullah Sungkar. Pesantren ini kemudian menjadi basis bagi perkembangan Jemaah Islamiyah (JI), sebuah organisasi militan Islam yang bertujuan mendirikan negara Islam di Indonesia.
Ba’asyir dan Sungkar sempat melarikan diri ke Malaysia pada tahun 1985 karena perbedaan pendapat dengan pemerintah Indonesia. Mereka kembali ke Indonesia pada tahun 2000 dan ditangkap oleh pemerintah pada tahun 2002.
Pada tahun 2003, Ba’asyir divonis bersalah atas tuduhan makar dan terorisme dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Ia kemudian dibebaskan pada tahun 2019 setelah Mahkamah Agung mengabulkan permohonan grasi yang diajukannya.
Ba’asyir masih aktif dalam kegiatan keagamaan setelah bebas dari penjara. Ia sering memberikan ceramah dan menulis buku tentang Islam.
Berikut adalah beberapa peristiwa dan aksi terorisme yang dikaitkan dengan Abu Bakar Ba’asyir:
- Serangan bom di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada tahun 1999
- Serangan bom di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, pada tahun 2000
- Serangan bom di Bali, pada tahun 2002
- Serangan bom di Jakarta, pada tahun 2003
Ba’asyir telah membantah keterlibatannya dalam semua peristiwa tersebut. Ia mengaku hanya mengajarkan Islam dan tidak pernah mendukung aksi terorisme.