healthcare and medicine
Perbedaan Utama antara Pemindaian MRI dan CT Scan: Pahami Keduanya!

Computed tomography
(CT)
scan
dan
magnetic resonance imaging
(MRI) merupakan dua teknik pencitraan medis yang berbeda dan menghasilkan gambar rinci dari struktur internal dalam tubuh, termasuk tulang, sendi, serta organ-organ.
Dokter meresepkan pemeriksaan CT scan atau MRI guna mendukung diagnosa beberapa kondisi kesehatan. Meskipun kedua tipe pencitraan tersebut memiliki fungsi yang sama, namun mereka menciptakan gambar melalui metode yang berbeda.
Untuk yang belum mengerti, mari kita bahas perbedaan antara pemeriksaan MRI dan CT Scan!
1. Apakah Anda tahu apa itu CT scan dan MRI?
Baik CT
scan
dan MRI memungkinkan dokter untuk melihat bagian tubuh bagian dalam. Keduanya memiliki dua cara berbeda untuk membuat gambar detail bagian tubuh internal.
Nanti dokter bisa mengamati foto tersebut untuk menemukan gangguan, misalnya fraktur tulang, pertumbuhan abnormal di dalam tubuh, atau masalah pada persendian.
Sebagian orang mengenal CT scan sebagaiصندキャンペ
computerized axial tomography
(CAT)
scan
Selagi menjalani pemeriksaan CT scan, Anda akan berbaring di atas alat X-ray raksasa bernama pemindai CT. Nantinya, perangkat tersebut akan mengirimkan hasil gambarannya kepada komputer untuk dianalisis lebih lanjut.
Pada saat bersamaan, MRI mengandalkan gabungan gelombang radio serta magnet untuk pembentukan gambar. Ketika menjalani proses scanning ini, Anda perlu terlentang di dalam alat MRI, yakni suatu mesin yang menyediakan lapangan magnet tetap lalu menerapkan gelombang radio guna merefleksikan molekul air dan lemak pada bagian dalam tubuh. Kemudian, instrumen tersebut akan mentransmisikan hasil pencitraan kepada sistem komputer.
Pemeriksaan CT scan lebih sering digunakan dan biayanya juga lebih terjangkau dibandingkan dengan MRI. Akan tetapi, hasil pemindaian MRI memiliki kualitas gambar yang superior jika dibandingkan dengan CT scan.
2. Keadaan yang mengharuskan melakukan pemeriksaan MRI dan CT scan
Berikut adalah beberapa jenis cedera yang mengharuskan dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan MRI atau CT Scan.
MRI
MRI mengandalkan magnet besar untuk meneruskan sinyal radiowave keseluruhan badan. Proton di dalam tubuh merespons daya ini dan menciptakan foto detail dari struktur internal, seperti jaringan lembut, saraf, serta vena dan arteri.
Berbeda dengan sinar-X dan pemeriksaan CT scan, MRI tidak mengandalkan penggunaan radiasi.
MRI merupakan peralatan medis yang sangat spesifik dan bisa jadi tidak terdapat di semua tempat pemeriksaan gambaran tubuh atau unit Gawat Darurat di sejumlah rumah sakit.
Seringkali, masalahnya terlalu halus untuk diamati melalui sinar-X. Inilah tempat MRI berperan. MRI memberikan kontras dengan kualitas tinggi untuk tulang serta jaringan lunak.
MRI sangat bermanfaat dalam mendeteksi cedera akibat olahraga serta masalah pada sistem muskuloskeletal, di antaranya adalah:
- Kehilangan tulang rawan.
- Peradangan sendi.
- Kompresi saraf.
- Cedera tulang belakang.
- Ligamen, tendon, otot, serta tulang rawan yang mengalami sobekan atau lepas, contohnya meliputi robekan pada meniskus, cedera ACL, patah tendon Achilles, keseleo, tegangan, dan juga robekan manset rotator.
CT scan
Pencitraan resonansi magnetik (MRI) memancarkan energi radio ke seluruh tubuh. Meskipun demikian, berbeda dengan rontgen biasa, MRI memberikan gambaran detil yang sangat besar, menghasilkan representasi digital dari struktur internal dalam bentuk 360 derajat.
(Note: There seems to be an error as the original statement talks about CT scans but then mentions “pemindaian resonansi magnetik” which means MRI in Indonesian instead of CT Scan. I corrected this for consistency with your request.)
Perbaikan atas teks tersebut:
Scan komuter tomografi (CT) mengirimkan radiasi ke seluruh tubuh. Akan tetapi, bedanya dengan X-ray standar, CT scan menyediakan tingkatan detail yang jauh lebih baik dan membentuk visualisasi otomatis dari semua struktur tubuh sepanjang 360 derajat.
Pemeriksaan dengan menggunakan CT scan itu kencang dan rinci. Meskipun prosesnya membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan radiografi X (kira-kira 1 menit), namun hal tersebut dianggap masih sangat cepat. Hal ini menjadikan pemeriksaan CT scan menjadi opsi yang baik untuk kondisi keadaan darurat.
Tanda-tanda dari pemindaian CT yang umumnya berhubungan dengan cedera, misalnya pada korban kecelakaan lalu lintas atau jatuh, adalah untuk memeriksa adanya fraktur tulang.
CT scan dapat melihat:
- Bekuan darah.
- Fraktur, mencakup fraktur halus yang tak kelihatan dalam gambaran X-ray.
- Cedera organ.
- Tumor.
- Pertumbuhan kanker serta responnya terhadap perawatan.
3. Keamanan
Pemeriksaan CT scan dan MRI merupakan tindakan medis yang cukup aman. Akan tetapi, kedua metode ini masih bisa menyebabkan beberapa tingkat resiko yang beragam.
Saat menjalani pemeriksaan CT scan, Anda akan mendapatkan paparan terhadap radiasi dalam jumlah sedikit; namun, biasanya para dokter tidak menilai hal itu sebagai bahaya.
Pemeriksaan CT scan melibatkan penggunaan radiasi pengion yang bisa mempengaruhi struktur biologis. Namun, risiko mengalami kanker karena paparan radiasi tersebut biasanya rendah.
Pemeriksaan CT scan serta rontgen mungkin kurang aman saat hamil. Maka dari itu, dokter bisa menyarankan untuk melakukan pencitraan resonansi magnet (MRI) ataupun USG sebagai alternatifnya. Akan tetapi, biasanya para dokter akan berhati-hati dalam menggunakan teknologi MRI khususnya pada masa-masa setelah trimester awal karena alasan keamanan tambahan.
Sebab MRI mengandalkan medan magnet berkekuatan tinggi, Anda perlu menyampaikan informasi kepada teknisi apabila memiliki sebarang jenis implang medis, misalnya pace maker, pompa insulin, ataupun implan kochlea.
MRI menimbulkan kebisingan yang cukup kuat, oleh karena itu umumnya Anda akan mendapatkan penutup telinga atau
headphone
Untuk mengurangi kebisingan. Seseorang yang memiliki claustrophobia kemungkinan akan kesulitan menahan diri dari MRI, walaupun saat ini sudah tersedia beberapa tipe pemindai MRI berbasis bukaan guna memecahkan permasalahan tersebut.
Pada pemeriksaan MRI atau CT scan, dokter bisa menyarankan penggunaan zat kontrast untuk memperjelas citra. Namun, beberapa individu mungkin mengalami respons negatif terhadap tipe zat kontras tertentu.
4. Risiko
CT scan
Pemindaian CT sangat bermanfaat untuk mendiagnosis kerusakan serta penyakit yang sulit terlihat oleh dokter secara visual maupun dari catatan medis dan pemeriksaan fisik biasa.
Pemanfaatan dari CT belum tentu tanpa resiko sama sekali. Terdapat beberapa dampak negatif bagi sebagian orang spesifik, yaitu:
-
Risiko reaksi alergi
Beberapa pemeriksaan CT mungkin mengharuskan penggunaan zat kontrast. Zat ini diberikan sebelum prosedur untuk memperjelas struktur tubuh tertentu dalam gambaran skanning tersebut. Dalam kasus yang jarang terjadi, ada individu yang dapat mengalami reaksi alergi terhadap bahan kontras itu.
Tingkat keparahan reaksi dapat bergantung pada derajat alergi yang dimiliki seseorang, namun gejala-gejalanya bisa mencakup rasa gatal, suara whistling saat bernapas atau kesulitan dalam bernapas, pembengkakan tubuh, penurunan tekanan darah, detak jantung cepat, serta pembesaran area leher.
Apabila ada alergi terhadap pewarna kontras, kamu dapat meminum obat guna menurunkan tingkat kerisikoannya.
Pewarna bisa diberikan dengan berbagai metode. Terkadang kamu menelan cairan tersebut sebelum proses pencitraan, terkadang juga dicampurkan ke dalam aliran darahmu lewat suntikan intravena di pergelangan tangan atau siku bagian atas.
Walaupun tidak sering terjadi, pewarna juga dapat diberikan melalui rektum dengan menggunakan enema.
Diberikan melalui infus, kontras bisa menimbulkan sensasi sedikit panas, cita rasa logam di mulut, atau perasaan hangat dalam tubuh.
Sebagian besar kontras yang dimasukkan melalui pembuluh darah memiliki kandungan iodium. Apabila Anda alergi terhadap iodium, hal ini dapat menimbulkan gejala seperti merasa pusing, muntah, batuk, gatal, atau ruam pada kulit.
-
Risiko bagi pasien diabetes
Diabetes dapat menambah kemungkinan terjadinya berbagai dampak tidak diinginkan akibat penggunaan pewarna kontras.
Pasien diabetes mungkin harus stop minum metformin sebelum mendapatkan kontras karena obat tersebut telah dikaitkan dengan efek samping yang jarang namun serius bila dikombinasikan dengan agen kontras.
Beberapa efek samping jarang lainnya termasuk nefropati yang dipicu oleh kontras atau
contrast-induced nephropathy
(CIN), penurunan fungsi ginjal.
Reaksi tersebut tidak umum dan reversibel, tetapi adanya diabetes meningkatkan risiko.
Memiliki diabetes dan penyakit ginjal kronis membawa risiko CIN dari sekitar 2 persen menjadi 20 hingga 50 persen.
Terakhir, jika memiliki diabetes (atau hipoglikemia), perlu diingat bahwa jika kontras digunakan, kamu mungkin tidak bisa makan atau minum selama 4 hingga 6 jam sebelum tes. Kamu sebaiknya menjadwalkan tes yang sesuai agar gula darah tidak turun terlalu rendah.
-
Resiko untuk penderita gangguan ginjal
Kelainan pada organ ginjal bisa jadi pertimbangan untuk tidak menggunakan zat aditif berbasis iodin, sebab hal ini dapat menurunkan fungsi ginjal lebih lanjut.
Perbedaan tersebut tak sekadar bisa memicu CIN pada kelompok tertentu, namun risikonya untuk mengalami kondisi jarang ini meningkat drastis dari 2% hingga 30 sampai 40% apabila seseorang menderita penyakit ginjal Kronis.
Mengelimasi ium dari dalam tubuh adalah tugas ginjal. Oleh karena itu, apabila Anda memiliki gangguan pada organ tersebut, bisa jadi diperlukan asupan cairan tambahan pasca pemeriksaan guna membuang yodium lebih cepat.
-
Kemungkinan bahaya bagi bayi dan wanita yang sedang mengandung
Pemeriksaan CT scan mengenalkan Anda kepada paparan radiasi, walaupun potensi bahayanya perlu dibandingkan dengan keuntungannya. Peralatan ini seharusnya baru dipakai apabila kegunaannya melebihi tingkat risikonya.
Meskipun manfaatnya umumnya melebihi risikonya, hal ini belum tentu berlaku untuk anak-anak. Oleh karena itu, pemeriksaan CT scan abdomen saat hamil dipandang memiliki resiko yang cukup tinggi.
Anak-anak cenderung lebih peka terhadap paparan radiasi ionisasi. Mengalami eksposur semacam ini saat masih muda bisa menambah peluang mengidap kanker nanti di kemudian hari. Tetapi, parameter perangkat tersebut dapat dimodifikasi bagi kepentingan anak-anak agar dosis radiasinya berkurang.
-
Risiko positif palsu
Salah satu kekurangan dari pemeriksaan CT scan adalah adanya temuan palsupositif tak terduga yang bisa memicu ketakutan berlebihan. Ini artinya, hasil pemindaiannya mungkin akan mengindikasikan ada tumor.
MRI
Berikut beberapa manfaat utama dari MRI: hampir tak memerlukan persiapan khusus, serta berbeda dengan pemeriksaan CT scan, prosedur ini tidak menggunakan radiasi.
Meskipun begitu, MRI tetap memiliki sejumlah keterbatasan.
-
Seseorang yang memiliki peralatan medis atau implantasi tidak dianjurkan untuk menjalani MRI.
Pada intinya, mesin MRI hanyalah sebuah magnet raksasan, sehingga menjadi lawan bagi segala jenis benda logam. Sebelum melakukan scan, Anda diharuskan untuk menghapus seluruh perhiasan, jam tangan, serta elemen-elemen logam yang mungkin dimiliki.
Apabila terdapat logam dalam tubuh, contohnya adalah fragmen peluru atau perangkat medis semacam penggembira jantung dan implantasi, maka prosedur MRI menjadi tidak bisa dilaksanakan.
-
Tidak cocok bagi mereka yang menderita claustrophobia.
Agar bisa melakukan pemindaian MRI, Anda perlu masuk ke dalam ruangan yang cukup terbatas. Biasanya hal ini dapat diterima dengan mudah. Akan tetapi, individu yang mengidap claustrophobia mungkin memerlukan obat penghilang rasa cemas. Terdapat juga pilihan bagi mereka yang merasa tidak nyaman yaitu menggunakan alat bantu seperti MRI terbuka khusus untuk beberapa area tubuh saja.
-
Suaranya sangat keras
Ketika berada di dalam mesin, magnet menimbulkan bunyi gemuruh yang kuat.
Headphone
Atau penutup telinga sering diberikan untuk mengurangi kebisingan.
-
Kamu harus tetap diam
Oleh karena pergerakan dapat mengganggu hasil foto, Anda harus tetap tenang, kadang-kadang hingga satu jam atau lebih. Hal ini umumnya bisa diatasi, namun coba bayangkan jika tubuh Anda gatal tapi tak bisa digaruk.
Ibu hamil perlu menjauhi suntikan dye untuk scan MRI.
Cairan penanda kontras pada infus sesekali dipakai bersamaan dengan pemeriksaan MRI guna memperjelas gambaran struktur tubuh tertentu, meskipun hal ini jarang menimbulkan efek samping.
Warna yang dipakai dalam prosedur MRI tidak sama dengan yang diperuntukkan bagi CT scan, serta sebaiknya dijauhi selama masa kehamilan terutama sampai paruh kedua dan akhir kehamilan.
Meskipun demikian, secara keseluruhan, MRI dianggap aman ketika menggunakan daya tarik magnet dengan intensitas lemah. Terkadang, apabila proses pemeriksaan berlangsung cukup lama, temperatur badan bisa meningkat; namun hal itu bukanlah masalah kesehatan utama dalam pengecekan medis tersebut.
-
Mahal
Berbanding lurus dengan pemeriksaan CT scan, prosedur MRI cenderung lebih menguras dompet. Hal ini tentu dapat berimbas pada keputusan Anda terkait kondisi finansial atau perusahaan asuransi yang dimiliki. Karenanya, sebaiknya lakukan konfirmasi tentang hal tersebut terlebih dahulu.
-
Risiko positif palsu
Sama seperti dengan pemeriksaan CT scan, MRI pun memiliki potensi untuk menghasilkan temuanpositif yang salah.
5. Menentukan jenis pencitraan yang sesuai
Penerapan dari MRI dan CT scan itu hampir sama. Spesialis medis akan menentukan jenis pencitraan yang sesuai dengan mengacu pada beberapa variabel, antara lain:
- Alasan medis untuk pemindaian.
- Kedalaman detail yang dibutuhkan untuk ilustrasi tersebut.
- Apakah seorang perempuan hamil.
- Apakah ada orang yang mengalami claustrophobia atau hal lain yang bisa menyebabkan kesulitan dalam menanggung prosedur scan MRI?
Hasil dari pencitraan resonansi magnetik memberikan gambaran yang lebih rinci tentang jaringan lembut, ikatan, atau organ. Beberapa kondisi yang bisa diidentifikasi dengan lebih mudah melalui prosedur ini mencakup cedera pada jaringan lunak, sobekan pada ligamen, serta prolaps diskusi.
Dokter bisa mengaplikasikan CT scan guna menciptakan visualisasi keseluruhan dari sebagian badan atau untuk memperoleh foto-foto organ serta fraktur pada tengkorak.
Terdapat perbedaan di antara pemeriksaan MRI dan CT scan. Meskipun keduanya mempunyai tingkat risiko yang cukup rendah serta memberikan data vital bagi para dokter dalam proses diagnosa penyakit tertentu secara akurat.
Dokter akan menentukan opsi terbaik berdasarkan situasimu. Sampaikan setiap kekhawatiran dan ajukan pertanyaan kepada dokter agar kau bisa memilihnya dengan percaya diri.
Referensi
Pemindaian CT dan MRI adalah dua metode pemindai medis yang berbeda yang menghasilkan gambar detail dari bagian tubuh dalam seperti tulang, sendi, dan organ.
Oesophageal Patients Association
. Diakses April 2024.Pemeriksaan CT Scan vs MRI vs Rontgen: Jenis Pencitraan Apa yang Saya Butuhkan?
Johns Hopkins Medicine
. Diakses April 2024.Perbedaan CT Scan dan MRI: Apa yang Membedakannya? Dan Cara Dokter Memilih Metode Pemindaian Mana yang Digunakan?
Pusat Kanker Memorial Sloan Kettering
. Diakses April 2024.Pembedaan CT Scan dan MRI: Apa Bedanya?
Pusat Kanker Universitas Texas MD Anderson
. Diakses April 2024.“CT Scan vs. MRI.”
Healthline
. Diakses April 2024.Perbedaan MRI dan CT Scan: Memahami Perbedaanya.
American Health Imaging.
Diakses April 2024.“CT Scan vs. MRI.”
Verywell Health
. Diakses April 2024.
